Nikmati saja hujan dengan secangkir kopi hangat dan obrolan di blog ini....

Senin, 18 Agustus 2014

SLANK, JOKOWI, DAN KITA



Sejak SMP saya adalah Slankers. Bisa dikatakan saya adalah Slankers sejati yang mengoleksi kaset (album) Slank dari album pertama sampoai album terakhir. Sudah lebih dari 20 tahun lagu-lagu Slank wira-wiri di telinga saya. Slank bagi saya (dan ribuan slankers lainnya) bukan hanya sekedar band yang memainkan music rock n roll. Slank sudah seperti nafas yang selalu mengalirkan inspirasi di dalam kehidupan para Slankers. Karena itulah gaya hidup Slank adalah cetak biru bagi penggemarnya. Saat Slank jatuh ke dalam narkoba, banyak Slankers yang juga ikut-ikutan teller. Tapi saat Slank move on, banyak juga yang akhirnya tobat.
Puluhan tahun Slank netral dalam politik. Saat orde baru, Slank mengibarkan bendera putih yang berarti tidak memihak salah satu partai. Saat era reformasi, Slank pun masih putih. Meskipun mempersembahkan sebuah album “Mata Hati dan Reformasi” yang berisi sindiran, kritik, dan semangat dalam reformasi, tapi Slank tidak menentukan warnanya dalam politik. Saat musim kampanye, ketika hampir semua artis panen tanggapan manggung, Slank memilih “puasa” dan tetap netral. Tawaran uang dan limpahan harta tidak mempan membuat Slank berwarna salah satu partai. Hingga saat di mana ada angin sejuk berhembus melalui pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Slank tiba-tiba memutuskan untuk tidak lagi putih. Slank adalah kotak-kotak untuk mendukung seorang calon yang bernama Jokowi. Setelah puluhan tahun netral, tapi tidak untuk kali ini! Dan sikap politik ini berlanjut hingga pilpres 2014 di mana Slank masih tetap berbaju kotak-kotak.
Bagi saya ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Slank dan Jokowi bukanlah sosok yang berseberangan. Mereka sealiran dan satu arah. Terlepas dari Jokowi adalah seorang pecinta rock sejati, menurut saya lagu-lagu Slank pun memiliki arah yang sama dengan visi dan misi Jokowi. Saya teringat beberapa lagu Slank yang selaras dengan ide serta kepribadian Jokowi.
Yang pertama saya teringat lagu “Memang” di album pertama “Suit suit Hey hey”.

“Memang rambutku memang panjang , jangan menghina yang penting bukan telanjangMemang …bajuku memang rombeng, jangan menghina yang penting bukannya nebengAku memang aku bukannya kalian tapi ku tak malu karenaku tak pernah, menghina orang…merampok orang…”

Inilah karakteristik sederhana, cuek, tapi tetap pede dan tidak sombong yang saya rasa Jokowi banget….
Lalu saya ingat lagu “Hey Bung” dari album ke-4 “Generasi Biroe”….

“Hey bung… yang di atas sana coba turun ke jalan,lihat-lihat situasi apa yang terjadiHey bung… yang di balik meja coba turun ke jalan, tunjukan rasa perhatian…”

Kritik Slank terhadap pejabat waktu itu adalah para pejabat tidak pernah turun ke jalan dan sibuk dengan urusan di dalam kantornya. Jokowi pun melakukan sesuatu yang seolah-olah menjawab lagu ini dengan gaya blusukannya yang turun langsung ke dalam masyarakat.
Di album yang sama, ada pula lagu “Birokrasi Complex” :

“Harus lewat sini, lewat sana ! Meja sini, meja sana ! Sogok sini, sogok sana ! Izin sini, izin sana !Complex Birokrasi Komplek!!”

Dan Jokowi pun membuat sistem pelayanan terpadu di Kelurahan dan Kecamatan dengan memangkas birokrasi, sehingga masyarakat dapat dengan mudah dan cepat mengurus administrasi kewargaannya.
Di album ke-5 “Minoritas” ada lagu yang sangat kuat terkandung dalam visi misi Jokowi : Tut Wuri Handayani

“Anak muda harus sekolah, nggak boleh menggangurUntuk bekal di masa depan, biar besar nggak jadi preman”

Segala sesuatu harus diawali dari dunia pendidikan dan harus diubah paradigmanya. Pendidikan moral dan mental harus diutamakan! Sama seperti lagu ini.
Lagu selanjutnya, tentu udah pada tahu….

“Sedikit ngerti ngaku udah paham Kerja sedikit maunya kelihatanOtak masih kaya ‘TK, Kok ngakunya SarjanaNgomong-ngomongin orang kayak udah jagoan…Tonk kosong nyaring bunyinya, Klentang-klentong kosong banyak bicaraOceh sana-sini ngak ada isi, Otak udang ngomongnya sembarang”

Jokowi emang gak pandai beretorika, gak pandai ngomong, gak pintar debat…. Tapi yang paling penting bukan nyaring bunyinya, tapi kerja nyata!
Itulah sedikit lagunya Slank dari beratus-ratus karya yang menurut saya sangat mendambakan hadirnya pemimpin yang bersih, jujur, tegas, kreatif, dan slenge’an. Dan itu semua ternyata ada di dalam diri Jokowi. Karena itulah ketika masih ada Slankers yang menolak sikap Slank berbaju kotak-kotak dan melakukan boikot, perlu dipertanyaan ke-Slankers-annya. Jangan-jangan ini Slankers aba-abal yang hanya tahu satu dua lagunya Slank… (itupun lagu-lagunya yang cinta-cintaan). Bagi Slankers sejati yang tahu semua lagunya Slank dari album awal sampai album yang terakhir, saya yakin gak akan ragu mendukung Slank memilih nomor dua. Karena di dalam lagu-lagunya Slank yang berisi harapan pemimpin masa depan bangsa ini terjawab sudah dengan kehadiran Jokowi. Salam dua jari! Pisss!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar