Nikmati saja hujan dengan secangkir kopi hangat dan obrolan di blog ini....

Senin, 18 Agustus 2014

Pohon Agama


Ada sesuatu yang menarik dari dialog lintas iman dalam rangka tour Xtraligi bersama Ki Ageng Ganjur dan Fadly Padi di Pondok Pesantren Al Barokah - Klaten kemarin. Ki Ageng Ganjur menggambarkan agama itu seperti halnya pohon. Pohon tidak dapat tumbuh tanpa ada tanah sebagai media tanam. Artinya adalah di mana benih agama itu tersebar, akarnya harus menyatu dengan tanah di mana pohon tersebut akan bertumbuh. Yang di maksud tanah adalah budaya atau konteks kehidupan lokal. Jadi benih agama itu harus memiliki akar budaya lokal untuk dapat tumbuh dengan baik. Gambaran ini sebenarnya menyindir ajaran agama yang tidak dapat mengakar dengan baik karena tidak ditumbuhkan bersama-sama dengan budaya lokal. Ajaran-ajaran yang semacam inilah yang sering menjadi batu sandungan dalam kehidupan bersama.

Meskipun agama Islam berasal dari Arab, tapi bukan berarti harus memaksakan diri seperti orang Arab. Agama Kristen yang berasal dari Eropa bukan berarti orang Kristen harus memiliki budaya Eropa. Demikian pula dengan orang Hindu dan Budha pun jangan kemudian memaksakan menjadi orang India ataupun China. Kita tetaplah orang Indonesia. Biarlah agama itu berakar di Nusantara dan menyatu dengan budaya-budaya yang ada di Nusantara. Kalau kita cermati ada suatu trend yang seolah-olah kalau sudah ke-Arab-araban,ke-Eropa-eropaan, ke-India-indiaan, ke-China-chinaan, sudah benar-benar mendalami ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Justru sebenarnya inilah trend yang merusak keharmonisan kita. Ormas-ormas yang berperilaku meresahkan adalah contoh kecil bagaimana agama yang tidak ditumbuhkan di tanah kita sendiri. Entah akar mereka ke mana, tetapi yang jelas dilihat dari perilaku mereka bukanlah bagian dari budaya kita.

Kiranya kita dapat menumbuhkan agama kita di atas tanah Nusantara sehingga keharmonisan senantiasa terjaga di tengah berbedaan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar