Nikmati saja hujan dengan secangkir kopi hangat dan obrolan di blog ini....

Senin, 18 Agustus 2014

INTRIK TUHAN



Di dalam Kejadian 2 : 17 jelas-jelas tertulis : pada hari engkau memakan buah itu, pastilah engkau mati. Itulah perkataan Tuhan Allah sendiri ketika memberi perintah manusia yang baru saja diletakkanNya di taman Eden supaya tidak memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Tentu kita akan protes : kenapa Adam tidak mati? Apakah ini hanya semacam gertakan Tuhan semata bagi manusia itu supaya takut? Sepertinya benar demikian ketika kita menafsirkan “mati” di sini adalah mati dalam arti harafiah (karena ada juga yang menafsirkan Adam itu memang telah “mati” ketika diusir dari taman Eden – selesailah sudah kalu seperti ini jawabannya).

Biasanya orang tua akan memberikan ancaman yang kelihatannya berat kepada anaknya, tetapi pada kenyataannya itu hanyalah sebatas ancaman semata. “Nanti kalau kamu tidak naik kelas akan bapak belikan kambing, supaya kamu tidak usah sekolah lagi tetapi jadi gembala kambing...” Itu hanyalah gertakan semata dari orang tua yang memberikan dorongan bagi si anak supaya terdorong bisa naik kelas. Bukan berarti ketika nanti si anak tidak naik kelas, ayahnya benar-benar membelikan kambing dan mengeluarkan anaknya dari sekolah. Ini hanyalah gertakan semata yang tidak benar-benar akan terjadi.

Sepertinya Tuhan pun hanyalah memberikan peringatan yang berlebihan kepada Adam supaya tidak memakan buah terlarang tersebut. Gertakan yang berlebihan memang ada kalanya berhasil sehingga membuat seseorang terpacu karena bayang-bayang ancaman yang kelihatannya berat. Akan tetapi tidak halnya dengan kisah di taman Eden ini. Meskipun Tuhan sudah memberikan ancaman mati, tetapi hal itu tidak diindahkan Hawa dan Adam. Meskipun sempat teringat peringatan keras Tuhan bahwa ketika memakan buah itu akan mati (Kej 3 : 2), tetapi Hawa toh tetap juga memakannya. Gertakan Tuhan pun gagal...

Kalau dipikir-pikir, gertakan Tuhan di sini ini sedikit aneh. Tuhan mengancam kalau memakan buah itu pada hari itu juga akan mati. Apakah yang ada di dalam pikiran Adam dan Hawa mengenai mati? Tidak ada! Merekabelum mengenal apa itu mati karena mereka manusia pertama. Lalu kenapa Tuhan memberikan ancaman mati kepada mereka? Bisa jadi karena itulah mereka tidak takut mati. Mereka mungkin juga menganggap bahwa mati itu adalah sesuatu yang perlu untuk dicoba. Di sinilah peran ular yang kemudian mengacaukan pikiran Hawa sebagai pemakan buah pertama. Ular mengatakan, “sekali-sekali kamu tidak akan mati...” Ah, ini dia biang keroknya! Ular mengatakan hal yang sebenarnya kepada Hawa bahwa sekali-sekali tidak akan mati. Ular mengatakan bahwa gertakan Tuhan itu tidak benar (walaupun kenyataannya juga tidak benar). Dengan liciknya ular mengatakan yang sebenarnya mengenai buah itu. Ketika memakan buah itu justru manusia bisa seperti Allah. Tidak mati. Dan ini adalah fakta!

Kenapa Tuhan Allah tidak mengatakan hal yang sejujurnya saja? Justru inilah yang harus kita ketahui. Tuhan Allah lebih mementingkan tujuan, meskipun dengan sedikit intrik “ilmu gertak”. Tetapi sayangnya intrik tersebut dibongkar ular yang meskipun mengatakan yang sebenarnya tetapi justru berakhir kepada kehancuran. Kalau Tuhan langsung mengatakan hal yang sebenarnya tentang pohon itu kepada manusia, tentu saja manusia akan langsung memakannya. Memang ada saatnya menggunakan intrik untuk sebuah tujuan yang lebih baik, dari pada blak-blakan (seperti iklan salah satu kartu GSM saat ini) tapi malah justru membawa kehancuran.


Ceper, 130711

Tidak ada komentar:

Posting Komentar